Jumlah guru-guru honorer Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) meningkat drastis selama tiga tahun terakhir. Peningkatan ini setelah adanya tunjangan fungsional dari pemerintah.
"Jumlah guru honorer tahun 2007 baru 71.000 orang baik Raudhatul Athfak (RA), MI, MTs, maupun MA," kata Kasi Ketenagaan Pendidikan Bidang Mapenda Kanwil Kemenag Jabar. H. Unang, saat pertemuan kepala MI,MTs, dan MA se-Kab. Bandung, di GOR Baleendah, Rabu (21/7).
Menurut H. Unang, jumlah guru honorer tahun 2008 menjadi 73.000 orang dan tahun 2009 sampai 85.000 orang. "Sedangkan tahun 2010 meningkat lagi menjadi 92.000 orang. Kalau jumlah guru honorer tidak dikendalikan, maka tiap tahun jumlahnya meningkat sehingga beban pemerintah makin berat," katanya.
Peningkatan juga terjadi dalam jumlah sekolah baik RA, MI, MTs, maupun MA. "Jumlah lembaga tiga tahun lalu sebanyak 9.000 lembaga kini 11.108 lembaga. Sebagian besar status lembaga pendidikan di bawah Kemenag adalah swasta," katanya.
Dengan penambahan drastis jumlah guru, kata Unang, membuat Kemenag akan "menutup" pengajuan guru honorer baru. "Silakan yayasan pendidikan mengangkat guru-guru honorer baru, tapi tidak akan mendapat santunan dari Kemenag," katanya.
Lebih jauh H. Unang mengatakan, salah satu kelemahan utama pengelolaan pendidikan adalah pendataan baik jumlah lembaga, pendidik dan tenaga kependidikan, maupun fasilitasnya. "Dengan kenyataan itu, maka pada tahun ini Kemenag pusat menggulirkan lagi Electronic Management Information System (EMIS). Semua data-data lembaga tersaji lengkap secara terkomputerisasi," ujarnya.
Dengan adanya data-data lengkap membuat kebijakan pendidikan Kemenag tidak akan salah. "Jangan sampai ketika ada bantuan seperti rehab bangunan terjadi salah sasaran kepada MI, MTs, maupun MA yang kondisi bangunannya masih baik. Sedangkan bangunan rusak malah tidak memperoleh bantuan," ucapnya.(A-71/A-147)***
0 komentar:
Posting Komentar