JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, Kementerian Pendidikan Nasional berencana merombak kurikulum beberapa mata pelajaran pada pendidikan dasar dan menengah.
"Belum saya setujui. Sekarang ini kurikulum dikembangkan oleh pihak sekolah, ke depan akan kita tata lagi. Beberapa materi dipegang secara nasional, sementara yang lain diserahkan kepada daerah, provinsi, atau kabupaten kota," kata Nuh, Jumat (6/5/2011) siang di Jakarta.
Nuh mengatakan, beberapa mata pelajaran yang akan dikendalikan secara nasional adalah Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Matematika.
"Kenapa materi ini kita pegang secara nasional? Karena ini yang menjadi perekat, yang membuat kita punya ikatan secara nasional. Kalau Matematika, itu logika nasionalnya. Jadi, kita tidak boleh membedakan antara Matematika di Jakarta dan di daerah sehingga kelima materi itu harus dibuat dalam konteks universal keindonesiaan," ujar Nuh.
Sementara materi yang terkait dengan muatan lokal, lanjutnya, seperti kesenian dan budaya, sekolah tetap memiliki wewenang penuh menyusun kurikulum tersebut. Masalah-masalah yang terkait dengan seni budaya dan muatan lokal itu diserahkan kepada sekolah atau daerah.
"Ada juga yang digabung dalam tingkat provinsi, seperti Bahasa Inggris, akan disesuaikan antara pusat dan daerah," kata Nuh.
Nuh mengungkapkan, jika dahulu ada kurikulum yang diserahkan dan dikembangkan oleh sekolah, idenya akan bagus, bisa memberikan kebebasan dan penguatan di tingkat sekolah. Hanya saja, perlu ada sesuatu yang dicermati secara nasional.
"Yang akan kita rombak pertama kali adalah di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jika mahasiswa relatif mudah, yang penting kurikulum secara nasional ini kita tata kembali. Ada yang mengacu pada standar nasional maupun standar daerah," ujarnya.
Sumber : Kompas
Sekarang kurikulum dikembangkan pihak sekolah, ke depan akan kita tata lagi. Beberapa materi dipegang secara nasional, sementara yang lain diserahkan ke daerah, provinsi, atau kabupaten kota.
-- Mohammad Nuh
Nuh mengatakan, beberapa mata pelajaran yang akan dikendalikan secara nasional adalah Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Matematika.
"Kenapa materi ini kita pegang secara nasional? Karena ini yang menjadi perekat, yang membuat kita punya ikatan secara nasional. Kalau Matematika, itu logika nasionalnya. Jadi, kita tidak boleh membedakan antara Matematika di Jakarta dan di daerah sehingga kelima materi itu harus dibuat dalam konteks universal keindonesiaan," ujar Nuh.
Sementara materi yang terkait dengan muatan lokal, lanjutnya, seperti kesenian dan budaya, sekolah tetap memiliki wewenang penuh menyusun kurikulum tersebut. Masalah-masalah yang terkait dengan seni budaya dan muatan lokal itu diserahkan kepada sekolah atau daerah.
"Ada juga yang digabung dalam tingkat provinsi, seperti Bahasa Inggris, akan disesuaikan antara pusat dan daerah," kata Nuh.
Nuh mengungkapkan, jika dahulu ada kurikulum yang diserahkan dan dikembangkan oleh sekolah, idenya akan bagus, bisa memberikan kebebasan dan penguatan di tingkat sekolah. Hanya saja, perlu ada sesuatu yang dicermati secara nasional.
"Yang akan kita rombak pertama kali adalah di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jika mahasiswa relatif mudah, yang penting kurikulum secara nasional ini kita tata kembali. Ada yang mengacu pada standar nasional maupun standar daerah," ujarnya.
Sumber : Kompas